Kamis, 29 April 2010

Gerakan Islam Trans Nasional Penting Menjadi Perhatian Muhammadiyah Arif Nur Kholis (29 agustus 2009)
Yogyakarta – Prof. Sunyoto Usman, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Univ. Gadjah Mada Yogyakarta menyarankan kepada Muhammadiyah untuk memberikan perhatian kepada gerakan trans nasional seperti Ikhwanul Muslimin dan Hisbut Tahrir. “Saat ini Muhammadiyah atau NU baru sampai tahap international relation belum sampai trans national practices ”kata Sunyoto pada pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah, Sabtu (29/08/2009) di Kampus UM Yogyakarta.
Sunyoto menerangkan bahwa masukknya pengaruh gerakan Islam Transnasional ini merupakan buah dari keterbukaan pasca orde baru. “Gerakan-gerakan memperoleh ruang gerak melakukan kegiatan politik maupun pergulatan pemikiran alternatif yang tidak mungkin dilakukan pada jaman orde baru” lanjut Sunyoto.
Lebih lanjut Sunyoto menerangkan bahwa karakteristik gerakan Islam transnasional ini definisi ummatnya secara riil bisa berbeda dengan Muhammadiyah dan NU. “Definisi ummat di Muhammadiyah mungkin hanya ummat Islam di Indonesia saja” seloroh Sunyoto kemudian. “Sedangkan definisi ummat gerakan trannasional ini tidak dibatasi oleh negara bangsa, salah satunya dengan usulan konsep khilafah” lanjutnya.
Ideologi gerakan trans nasional ini adalah memerangi barat dengan agen-agennya, bahkan dengan satu asumsi bahwa saat ini dunia sudah rusak karena pengaturan oleh orang-orang sekuler, maka mereka berfikir harus ada perubahan sitem yang memungkinkan pengaturan Tuhan bisa menggantikannya.
Yang menarik, menurut Sunyoto implikasi kelembagaannya menjadi bagian dari kelompok internasional dengan sistem komando.Sedangkan implikasi finansialnya, mereka memperoleh dukungan dana secara Internasional, dan dialirkan oleh agen-agen yang tidak mudah dilacak sebagai implikasi globalisasi. “Namun mereka kemudian mengabaikan konsep negara bangsa” terang Sunyoto. Selain itu mereka juga berfokus pada kekuasaan politik, demokrasi dianggap bertentangan dengan Islam. “Walaupun banyak pengamat menyatakan bahwa sebenarnya mereka tidak kompak, namun memiliki musuh bersama , Barat” lanjut Sunyoto.
Sebelumnya, Sunyoto menerangkan bahwa Muhammadiyah sendiri adalah gerakan Islam yang menganngap bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sesuatu yang sudah final. Karena itu gerakan Islam Tran Nasional in tentu akan bisa bermasalah dengan pendirian Muhammadiyah tersebut.
“Patut dicermati dengan keterlibatan seorang guru Muhammadiyah di temanggung dalam kasus terorisme kemarin merupakan wujud perlunya Muhammadiyah lebih memperhatikan kalangan kader di bawah” pesan Sunyoto.
Karena itu Muhammadiyah menurut Sunyoto perlu mengembangkan ‘adaption policy’ dimana agar basis-basis Muhammadiyah aman dari pengaruh dari intervensi gerakan trans nasinoal ini http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1623&Itemid=2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar